Pada suatu ketika, Abu Ayyub al-Anshari radhiyallahu ‘anhu bercerita. Sesungguhnya
ada seorang laki-laki berkata, “Ya Rasulullah, ceritakanlah kepadaku amalan
yang memasukkan aku ke dalam Surga dan menjauhkan aku dari Neraka.” Maka Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ”Engkau menyembah Allah dan tidak
menyekutukan sesuatu dengan-Nya, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan
menyambung tali silaturrahim” (HR. al-Bukhari no. 1396 dan Muslim no. 13).
Hadits di atas adalah ‘berita’ yang menggembirakan dan menenangkan batin. Maka, seorang mukmin yang taat, ketika diberitahu amalan silaturrahim bisa mengantarkannya ke surga tentunya akan segera untuk melaksanakannya. Menyambung silaturrahim dengan sungguh-sungguh, istiqomah, dan penuh keikhlasan.
Di zaman
sekarang, terjadi fenomena begitu banyak orang yang putus kekeluargaan, putus
silaturrahim. Pertumbuhan keluarga dan tuntutan pekerjaan memungkinakan
perpindahan tempat tinggal seseorang. Jauhnya jarak akibat perpindahan, kesibukan dan sarana transportasi
kadang membuat malas berkunjung untuk melestarikan silaturrahim.
Begitu juga sikap orang tua yang enggan berkunjung ke rumah kerabat dekat membuat
orang tua tidak sempat memperkenalkan anggota keluarganya kepada saudara yang
lain. Anak-anak tidak kenal putra-putri paman-bibinya, putra-putri
pakde-budenya, tidak kenal saudara-saudara kakek-nenek dan keturunannya. Terlebih lagi, masyarakat
di Indonesia tidak melestarikan budaya menghafal nasab keluarga.
Jadilah, silaturrahim bisa terputus.
Di zaman ini, mencari
teman yang
baik, sulit. Untuk sekadar mencari teman biasa saja susahnya bukan main
apalagi teman yang baik, shalih dan ikhlas. Di tengah susahnya orang mencari
teman dan saudara seiman, di sekitar kita malah banyak orang yang terputus
persaudaraan dan pertemanannya. Atau bahkan, astaghfirullah, malah ada yang memutus dengan sengaja persaudaraan atau pertemanan dengan
sebab yang sepele,
seperti: beda harokah, beda pendapat, dan hal lain yang serupa dengan itu. Na’udzubillahi min-dzalik.
Silaturrahim
artinya adalah menyambung tali persaudaraan kepada kerabat yang memiliki
hubungan nasab. Silaturrahim juga bisa diperluas dengan menjalin persaudaraan
antarsesama mukmin. Ini didasarkan pada firman Allah:
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ
فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ (الحجرات:
10 )
“Sesungguhnya orang-orang beriman itubersaudara. Sebabitu damaikanlah
(perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan bertakwalah kepada Allah,
supaya kamu mendapat rahmat” (QS Al-Hujurat: 10)
Dengan demikian persaudaraan
semakin luas, menambah semaraknya persatuan dan menambah kekuatan dalam bingkai iman
(Aqidah). Landasan iman inilah yang membuat Allah memperhatikan saudara kerabat
dan kaum mukminin yang menjalin silaturrahim. Iman yang membingkai silaturrahim
inilah yang menjadikan silaturrahim sebagai salah satu amalan yang bisa mengantar
masuk surga.
Manfaat
silaturrahim selain pengantar masuk surga adalah sebagai tanda keimanan seseorang
dan konsekuwensinya. Sebagaimana yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah
radhiyallahu ‘anhu yang berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka
hendaklah ia menyambung hubungan silaturrahim” (HR. Al-Bukhari no. 5787).
Silaturrahim akan memperluas rizki dan memperpanjang umur. Selengkapnya riwayat
beliau adalah, Abu Hurairah berkata, “Aku mendengar Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Barangsiapa yang senang diluaskan rizqinya dan
dipanjangkan umurnya, maka hendaklah ia menyambung hubungan silaturrahim’.”
(HR. al-Bukhari no. 5986 dan Muslim no. 2557).
Silaturrahim
juga merupakan amalan yang paling dicintai oleh Allah dan paling
utama di hadapan Allah. Mengenai hal ini riwayat berikut menjelaskan, bahawa suatu ketika
seorang laki-laki bertanya kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, “Ya
Rasulullah, amalan apa yang paling dicintai Allah?” Beliau menjawab, “Beriman kepada Allah.” Dia
bertanya lagi, “Kemudian apa lagi?” Beliau menjawab, “Kemudian menyambung
silaturahmi” (Shahih at-Targibwa at-Tarhib no. 2522).
Begitu besar
dan banyak manfaat silaturrahim bagi kita. Jika sedemikian besar manfaat dan
utamanya silaturrahim ini, bagaimana jika ada orang yang memutus silaturrahim?
Orang yang memutus silaturrahim akan diancam tidak akan masuk surga, dikutuk
Allah, lalu dibuat tuli (pendengarannya) dan dibutakan penglihatannya. Ancaman
ini berdasarkan firman Alla: “Maka apakah sekiranya kalian berkuasa, kalian akan berbuat kerusakan di
bumi dan memutuskan silaturrahim (hubungan kekeluargaan)? Mereka itulah
orang-orang yang dikutuk Allah, lalu dibuat tuli (pendengarannya) dan dibutakan
(penglihatannya)” (QS Muhammad: 22-23). Juga, berdasarkan
hadits bahwa, “Tidak akan masuk surga orang yang memutuskan” (HR. Mutafaqun
Alaih). Terkait ini, Sufyan berkata dalam riwayatnya bahwa yang dimaksud adalah
memutuskan ikatan kekeluargaan.
Dengan
demikian, menjaga agar silaturhim tetap terjalin adalah sebuah
keharusan dan tentunya akan menjadi sebuah amanah bagi orang-orang yang
menginginkan surga. Bagaimana caranya? Silaturrahim bisa kita jaga dengan
membudayakan berkunjung, menyebarkanasalam, mendoakan orang yang memuji Allah
ketika bersin, tersenyum ikhlas pada saudaranya, saling memberi hadiah,
menjenguk orang yang sakit, dan melakukan takziyah.
Begitu juga dengan melestarikan tradisi yang baik. Misal, saling berkunjung berkunjung di saat Hari
Raya Idul Fitri adalah termasuk tradisi yang mampu mempererat kekeluargaan,
persaudaraan dan pertemanan.
Selamat Hari
Raya Idul Fitri 1435 H, selamat saling berkunjung dan Taqobbalallohu
minna wa-minkum. Wallahu’alam. []
Nurkholis
el-Jombangi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar